.
Warning :
EyD awut-awutan, alur terlalu cepat, gaje, aneh, membosankan, dan sederet kata
‘buruk’ lainnya. Dan apabila setelah membaca ini Anda merasa pusing, mual-mual
dan kejang-kejang itu bukan resiko saya. ^^
.
.
.
Silahkan membaca...
Suasana
malam di jalanan Tokyo saat ini benar-benar ramai meski hari hampir menginjak
tengah malam. Suhu dingin di bulan November tidak membuat semangat para pejalan
kaki itu luntur untuk terus menyusuri pertokoan dikanan kiri jalan meski hanya
sekedar melihat-lihat barang yang dijajakan di etalase toko.
Begitupun
dengan seorang wanita berperawakan langsing ini, dengan mata yang sehitam malam
dan bibir mungil sewarna cherry tetap membuanya jadi pusat perhatian
orang-orang yang berlalu-lalang. Tidak dihiraukannya tatapan memuja yang
dilayangkan padanya. Tujuannya hanya satu, mencari barang yang menurutnya
mustahil didapatnya. Barang keinginan kakak iparnya.
Tiba-tiba
langkahnya terhenti, sorot matanya menyendu tatkala matanya memandang benda
berbentuk kotak tersebut. Sebuah otak musik yang mengingatkannya pada kenangan
masa kecilnya.
.
.
Flashback
On
.
“Ya,
kenapa kau menyendiri disini? Bukankah hari ini ulang tahunmu, apa kau tidak
kasian melihat teman-temanmu yang sudah lama mengunggumu?” tiba-tiba seorang
bocah lelaki berusia 7 tahun menghampirinya. Sebernanya dia -Tatsu,
kalau kau ingin tahu namanya- tadi pergi ke toilet, tapi ketika akan kembali
ke ruang pesta matanya tidak sengaja melihat Satsuki tetangga sekaligus teman
bermainnya berada dihalaman belakang. Akhirnya Tatsu memutuskan untuk
menghampiri Satsuki.
“Berisik!
Pergi sana” usir bocah kecil imut itu sambil menggerakkan ayunannya pelan. Tapi
Tatsu yang memang sudah kebal dengan sifat judes Satsuki menghiraukannya. Di
langkahkan kakinya mendekat kearah bocah berpipi gembul tersebut, mendudukan
bokongnya di ayunan sebelah Satsuki.
Hening
lama. Ketika tidak ada tanggapan dari bibir sewarna cherry itu, Ia yang niatnya
akan beranjak dari duduknya urung saat mendengar kalimat yang di ucapkan Satsuki.
“Aku
tidak suka pesta, aku benci keramaian apalagi berkumpul dengan anak-anak manja
dan cengeng seperti mereka” ujarnya tanpa mengetahui bahwa lawan bicaranya sweatdrop mendengarnya.
‘Dia tidak sadar apa kalau
sendirinya juga manja’ gerutu Tatsu dalam hati. “Tapi setidaknya hargailah
mereka yang sudah jauh-jauh kemari untuk memberikanmu kado, memangnya kau tidak
ingin hadiah?” ucap Tatsu sok bijak. Bocah disebelahnya hanya berdecih pelan
seraya mempercepat ayunannya. Ketika Satsuki ingin membalas perkataan Tatsu,
panggilan dari arah rumahnya mengalihkan perhatiaanya.
“Satsuki,
Ibu mencarimu kemana-mana. Ayo kembali kepesta” ucap suara itu yang ternya
adalah Ibunya. Belum sempat Satsuki beranjak, cengkraman dilengannya
menghentikan langkahnya.
“Maaf
ya, sepertinya aku tidak bisa bergabung kepestamu. Tapi..” ujarnya seraya
merogoh saku celana depannya yang tampak menggelembung.
“Ini,
hadiah dariku”
Meski
bingung campur kecewa karena sahabatnya tidak bisa ikut kepesta yang menurutnya
membosankan itu, Satsuki tetap menerima hadiah yang diulurkan padanya itu.
“Terima
kasih”
Entah
karena malu atau cuaca yang panas, semburat merah muda tampak menghiasi pipi
chubby Satsuki. Bahkan pewarna alami itupun merambat ke pipi Tatsu. Membuat
kedua insan ini salah tingkah.
“Satsuki,
ayo!” ucapan itu membuat Satsuki mau tidak mau buru-buru berlari kearah ibunya.
Sebelum
benar-benar pergi, Satsuki sempat menoleh kebelakang dan mendapati senyum
secerah matahari menghiasi wajah Tatsu membuat Satsuki ikut tersenyum tipis.
Tanpa menyadari sorot kesedihan di mata sewarna langit itu.
.
Flashback
Off
.
.
Itulah
terakhir kalinya Satsuki melihat bocah hyperaktif
tersebut. Orang tua Tatsu
memutuskan untuk pindah ke Amerika untuk meneruskan bisnis kakeknya. Bahkan
Satsuki belum sempat mengucapkan salam perpisahan padanya. Tapi sejak saat itu,
ia berjanji akan menjaga baik-baik hadiah dari Tatsu.
Sebuah kotak musik..
Dari orang yang menurutnya
sangat spesial.
.
.
Waktu
menunjukkan pukul 00.45 tengah malam. Satsuki merutuki kebodohannya karena lupa
membawa mantel bulu kesayangannya. Jika bukan karena keinginan kakak iparnya
yang tengah mengidam, mana mau dia keluar hanya untuk mencarikan sweater
berbahan
kulit. Sampai nenek-nenek jungkir balikpun mana ada orang yang menjual barang
aneh menurutnya itu. Dan jika kalian bertanya kenapa bukan kakanya Satsuki saja
yang mencarikannya, jawabannya simpel.
“Aku hanya ingin Satsuki-chan yang
mencarikannya”
‘Benar-benar
menyusahkan’ dengusnya. Ingin rasanya Ia menjambak rambut
kakak iparnya itu karena membuang waktu istirahatnya, padahal tubuhnya sudah
terlalu lelah akibat banyaknya kegiatan di kampusnya tadi pagi.
Sekali
lagi, sambil memeluk dirinya yang hampir membeku karena kedinginan Satsuki
mempercepat lagkahnya, mengindahkan sesosok pria yang juga tengah berjalan
terburu-buru ke arahnya.
BRUK
Tidak
terelakkan lagi, dua tubuh itupun sama-sama jatuh menghantam padatnya aspal.
Membuat orang-orang disekitar mereka berhenti sejenak untuk melihat kejadian
tersebut. Lalu berlalu setelah tau apa yang terjadi tanpa ada niatan untuk
menolong kedua orang berbeda gender tersebut.
‘Sial’ rutuk Satsuki dalam hati ketika
bokongnya mencium dinginnya trotoar jalan. Rasanya hari ini benar-benar
merupakan hari sialnya. Ingin rasanya Ia memaki orang yang sudah menabraknya
tapi belum sempat Ia mengeluarkan sepatah kata, sebuah suara membuatnya
tercenung kaku. Suara yang familiar ditelinganya, suara yang hampir 17 tahun
tidak didengarkannya lagi.
“Maaf
aku sedang terburu-buru tadi, jadi tidak melihatmu” ucap suara itu yang telah
lebih dahulu bangun sambil mengulurkan tangannya kearah Satsuki. Diangkatnya
kepalanya keatas. Matanya terpaku melihat pemilik wajah itu, sosok yang sangat
dirindukannya. Sosok yang selalu dinanti-nantikannya setiap saat, sosok yang
selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpinya.
‘Tatsu.’
‘Satsuki’
.
Kau
adalah bulanku...
Bulan
yang selalu membekukan pandanganku
Hingga
membuatku lupa pada bumi tempatku berpijak
Kau
adalah bulanku...
Yang
membekukan hatiku hingga membuatku lupa
Pada
yang lain selain dirimu - (FROZEN MOON, aicchan)
.
.
FIN
.
Kediri, 04 November 2013 -
21:33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar