Selasa, 25 Februari 2014

We Meet Again


.
Warning : EyD awut-awutan, alur terlalu cepat, gaje, aneh, membosankan, dan sederet kata ‘buruk’ lainnya. Dan apabila setelah membaca ini Anda merasa pusing, mual-mual dan kejang-kejang itu bukan resiko saya. ^^
.
.
.
Silahkan membaca...


                Suasana malam di jalanan Tokyo saat ini benar-benar ramai meski hari hampir menginjak tengah malam. Suhu dingin di bulan November tidak membuat semangat para pejalan kaki itu luntur untuk terus menyusuri pertokoan dikanan kiri jalan meski hanya sekedar melihat-lihat barang yang dijajakan di etalase toko.
Begitupun dengan seorang wanita berperawakan langsing ini, dengan mata yang sehitam malam dan bibir mungil sewarna cherry tetap membuanya jadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang. Tidak dihiraukannya tatapan memuja yang dilayangkan padanya. Tujuannya hanya satu, mencari barang yang menurutnya mustahil didapatnya. Barang keinginan kakak iparnya.
Tiba-tiba langkahnya terhenti, sorot matanya menyendu tatkala matanya memandang benda berbentuk kotak tersebut. Sebuah otak musik yang mengingatkannya pada kenangan masa kecilnya.
.
.
Flashback On
.
                “Ya, kenapa kau menyendiri disini? Bukankah hari ini ulang tahunmu, apa kau tidak kasian melihat teman-temanmu yang sudah lama mengunggumu?” tiba-tiba seorang bocah lelaki berusia 7 tahun menghampirinya. Sebernanya dia -Tatsu, kalau kau ingin tahu namanya- tadi pergi ke toilet, tapi ketika akan kembali ke ruang pesta matanya tidak sengaja melihat Satsuki tetangga sekaligus teman bermainnya berada dihalaman belakang. Akhirnya Tatsu memutuskan untuk menghampiri Satsuki.
                “Berisik! Pergi sana” usir bocah kecil imut itu sambil menggerakkan ayunannya pelan. Tapi Tatsu yang memang sudah kebal dengan sifat judes Satsuki menghiraukannya. Di langkahkan kakinya mendekat kearah bocah berpipi gembul tersebut, mendudukan bokongnya di ayunan sebelah Satsuki.
                Hening lama. Ketika tidak ada tanggapan dari bibir sewarna cherry itu, Ia yang niatnya akan beranjak dari duduknya urung saat mendengar kalimat yang di ucapkan Satsuki.
                “Aku tidak suka pesta, aku benci keramaian apalagi berkumpul dengan anak-anak manja dan cengeng seperti mereka” ujarnya tanpa mengetahui bahwa lawan bicaranya sweatdrop mendengarnya.
                ‘Dia tidak sadar apa kalau sendirinya juga manja’ gerutu Tatsu dalam hati. “Tapi setidaknya hargailah mereka yang sudah jauh-jauh kemari untuk memberikanmu kado, memangnya kau tidak ingin hadiah?” ucap Tatsu sok bijak. Bocah disebelahnya hanya berdecih pelan seraya mempercepat ayunannya. Ketika Satsuki ingin membalas perkataan Tatsu, panggilan dari arah rumahnya mengalihkan perhatiaanya.
                “Satsuki, Ibu mencarimu kemana-mana. Ayo kembali kepesta” ucap suara itu yang ternya adalah Ibunya. Belum sempat Satsuki beranjak, cengkraman dilengannya menghentikan langkahnya.
                “Maaf ya, sepertinya aku tidak bisa bergabung kepestamu. Tapi..” ujarnya seraya merogoh saku celana depannya yang tampak menggelembung.
                “Ini, hadiah dariku”
Meski bingung campur kecewa karena sahabatnya tidak bisa ikut kepesta yang menurutnya membosankan itu, Satsuki tetap menerima hadiah yang diulurkan padanya itu.
                “Terima kasih”
Entah karena malu atau cuaca yang panas, semburat merah muda tampak menghiasi pipi chubby Satsuki. Bahkan pewarna alami itupun merambat ke pipi Tatsu. Membuat kedua insan ini salah tingkah.
                “Satsuki, ayo!” ucapan itu membuat Satsuki mau tidak mau buru-buru berlari kearah ibunya.
Sebelum benar-benar pergi, Satsuki sempat menoleh kebelakang dan mendapati senyum secerah matahari menghiasi wajah Tatsu membuat Satsuki ikut tersenyum tipis. Tanpa menyadari sorot kesedihan di mata sewarna langit itu.
.
Flashback Off
.
.
                Itulah terakhir kalinya Satsuki melihat bocah hyperaktif  tersebut. Orang tua Tatsu memutuskan untuk pindah ke Amerika untuk meneruskan bisnis kakeknya. Bahkan Satsuki belum sempat mengucapkan salam perpisahan padanya. Tapi sejak saat itu, ia berjanji akan menjaga baik-baik hadiah dari Tatsu.
Sebuah kotak musik..
Dari orang yang menurutnya sangat spesial.
.
.
                Waktu menunjukkan pukul 00.45 tengah malam. Satsuki merutuki kebodohannya karena lupa membawa mantel bulu kesayangannya. Jika bukan karena keinginan kakak iparnya yang tengah mengidam, mana mau dia keluar hanya untuk mencarikan sweater berbahan kulit. Sampai nenek-nenek jungkir balikpun mana ada orang yang menjual barang aneh menurutnya itu. Dan jika kalian bertanya kenapa bukan kakanya Satsuki saja yang mencarikannya, jawabannya simpel.
                Aku hanya ingin Satsuki-chan yang mencarikannya”
            ‘Benar-benar menyusahkan’ dengusnya. Ingin rasanya Ia menjambak rambut kakak iparnya itu karena membuang waktu istirahatnya, padahal tubuhnya sudah terlalu lelah akibat banyaknya kegiatan di kampusnya tadi pagi.
                Sekali lagi, sambil memeluk dirinya yang hampir membeku karena kedinginan Satsuki mempercepat lagkahnya, mengindahkan sesosok pria yang juga tengah berjalan terburu-buru ke arahnya.
BRUK
                Tidak terelakkan lagi, dua tubuh itupun sama-sama jatuh menghantam padatnya aspal. Membuat orang-orang disekitar mereka berhenti sejenak untuk melihat kejadian tersebut. Lalu berlalu setelah tau apa yang terjadi tanpa ada niatan untuk menolong kedua orang berbeda gender tersebut.
                ‘Sial’ rutuk Satsuki dalam hati ketika bokongnya mencium dinginnya trotoar jalan. Rasanya hari ini benar-benar merupakan hari sialnya. Ingin rasanya Ia memaki orang yang sudah menabraknya tapi belum sempat Ia mengeluarkan sepatah kata, sebuah suara membuatnya tercenung kaku. Suara yang familiar ditelinganya, suara yang hampir 17 tahun tidak didengarkannya lagi.
                “Maaf aku sedang terburu-buru tadi, jadi tidak melihatmu” ucap suara itu yang telah lebih dahulu bangun sambil mengulurkan tangannya kearah Satsuki. Diangkatnya kepalanya keatas. Matanya terpaku melihat pemilik wajah itu, sosok yang sangat dirindukannya. Sosok yang selalu dinanti-nantikannya setiap saat, sosok yang selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpinya.
‘Tatsu.’
‘Satsuki’
.
Kau adalah bulanku...
Bulan yang selalu membekukan pandanganku
Hingga membuatku lupa pada bumi tempatku berpijak
Kau adalah bulanku...
Yang membekukan hatiku hingga membuatku lupa
Pada yang lain selain dirimu - (FROZEN MOON, aicchan)
.
.
FIN
.

Kediri, 04 November 2013 - 21:33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar